Pelaksanaan proyek Banyu Urip di
Blok Cepu ternyata masih terkendala masalah non teknis. Masalah tersebut yakni
seperti perijinan, sumber daya manusia, dan penyerapan komponen lokal.
Perkembangan pelaksanaan kontrak
engineering, procurement,and construction (EPC) yang terhubungan dengan kondisi
sosial lebih lambat dari target yang ditentukan. EPC I yang mengerjakan
fasilitas proses produksi, EPC 2 yang membangun jalur pipa di darat, serta EPC
5 dengan kontrak pembangunan fasilitas infrastruktur dan waduk penampung air
injeksi.
Contoh kendala yang mengemuka,
pekerjaan EPC 5 belum dimulai karena terhalang belum keluarnya 29 Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah (Pemda) Bojonegoro.
Sebaliknya, kontrak yang tidak
terkait kondisi sosial, misalnya EPC 3 yang membangun jalur pipa laut dan EPC 4
yang membangun fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung realisasinya lebih
tinggi dari target.
Menurut Kepala Divisi Humas,
Sekuriti, dan Formalitas, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (BP Migas) Gde Pradnyana, pihaknya terus berusaha proyek Cepu dapat sesuai
target, yakni produksi 90.000 barel minyak per hari (bph) pada Mei 2014.
“Semua pihak, termasuk Pemda mesti
mendukung penuh seluruh kebutuhan proyek,” katanya di Jakarta, Minggu
(24/6/2012).
Berdasarkan data BP Migas produksi
di blok pada Mei 2014 baru sekitar 50 persen dari total kapasitas fasilitas
produksi. Produksi secara bertahap akan meningkat seiring bertambahnya jumlah
sumur produksi. Ditargetkan, produksi 150.000 bph dapat terjadi pada Agustus
2014, dan akan menyentuh 185.000 bph pada November 2014. Dengan jadwal proyek
yang sangat ketat itu, BP Migas meminta Mobil Cepu Ltd, operator blok Cepu,
untuk melipatgandakan volume pekerjaan, tanpa mengabaikan kualitas
Seperti diketahui, lima EPC dengan
total nilai kontrak sekitar US$ 1,3 miliar telah ditandatangani sepanjang tahun
2011. Dengan cadangan sekitar 450 juta barel minyak, Banyu Urip merupakan
lapangan dengan cadangan minyak terbesar yang masih belum tereksploitasi. Gde
menjelaskan, melihat tren eksplorasi yang lebih banyak menemukan gas, penemuan
cadangan minyak sebesar Banyu Urip kemungkinan belum akan terulang dalam lima
tahun ke depan.
“Proyek inilah yang membuat produksi
minyak nasional dapat mencapai 1 juta bph,” kata dia.
Pembangunan fasilitas produksi penuh
Lapangan Banyu Urip merupakan pekerjaan besar dengan kompleksitas yang tinggi.
Fasilitas tersebut mencakup 49 sumur yang terhubung pada tiga anjungan; sebuah
fasilitas pusat pengolahan; pipa sepanjang 95 kilometer untuk mengalirkan
minyak ke fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (Floating Storage and
Offloading/FSO) bermuatan minimal 1,7 juta barel, dan kapal tanker yang akan
mengangkut minyak dari FSO tersebut.
MCL dan Ampolex (Cepu) PTE Ltd.
keduanya merupakan anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation yang merupakan
pemegang 45 persen saham partisipasi dalam Blok Cepu. Kedua perusahaan ini
berpartner dengan Pertamina EP Cepu yang juga memegang 45 persen saham
partisipasi, serta Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) yang memegang 10 persen
saham partisipasi.
0 comments:
Posting Komentar